Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem dan banjir rob yang diperkirakan terjadi sepanjang masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Puncak risiko cuaca buruk ini diprediksi berlangsung mulai 15 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026 dan meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga sebagian Kalimantan dan Maluku.
Peringatan tersebut disampaikan Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Senin (8/12).
Hujan Lebat Mengancam Sumatera dan Jawa
Faisal menjelaskan pola cuaca ekstrem mulai terpantau sejak pertengahan Desember. Pada periode 15–22 Desember, wilayah selatan Sumatera dan barat Pulau Jawa menjadi zona dengan risiko tertinggi hujan lebat disertai petir.
“Sebaran titik merah dalam peta analisis menunjukkan potensi hujan intensitas tinggi. Kondisi ini perlu diantisipasi karena berisiko memicu banjir dan longsor,” katanya.
Pola cuaca serupa diperkirakan terus berlanjut pada 22–29 Desember. Namun ancaman diproyeksikan mencapai puncaknya antara 29 Desember hingga 10 Januari, ketika hampir seluruh wilayah Jawa diguyur hujan lebat.
“Ini fase yang paling harus diwaspadai. Intensitas hujan di periode tahun baru biasanya mencapai puncaknya,” ujar Faisal.
Ancaman Rob Meluas Akibat Perigee dan Fase Bulan
Selain hujan ekstrem, BMKG juga memperingatkan potensi meluasnya banjir rob. Fenomena tersebut dipicu oleh kombinasi fase perigee—ketika jarak bulan berada paling dekat dengan bumi—serta bulan purnama dan bulan baru yang meningkatkan tinggi muka air laut.
Rob telah terdeteksi sejak 29 November hingga 3 Desember di pesisir timur Sumatera bagian selatan, pesisir barat–selatan Kalimantan, dan Pantura Jawa. Pada 2–10 Desember, rob semakin meluas ke seluruh pesisir Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, hingga Maluku.
Ancaman rob masih dapat berlangsung hingga 15 Desember, terutama di Banten, Jakarta, pantai utara Jawa Timur, dan beberapa wilayah Kepulauan Riau dan Kalimantan.
“Pantai utara Jawa akan terus terdampak hingga beberapa hari ke depan. Pantura Jawa Barat termasuk kawasan yang paling sering terpapar gelombang pasang,” jelas Faisal.
1.473 Rumah Terendam di Bangka Belitung
Provinsi Bangka Belitung (Babel) tercatat mengalami dampak terbesar akibat banjir rob. Sebanyak 1.473 rumah, tiga fasilitas umum, dan tiga dermaga terendam pada Senin (8/12).
Rinciannya:
-
Pangkalpinang: 671 rumah di 14 titik
-
Bangka Barat: 633 rumah di 15 titik
-
Bangka Tengah: 123 rumah
-
Belitung Timur: 75 rumah dan empat fasilitas umum
-
Belitung: 68 rumah
Kepala BPBD Babel, Budi Utama, menyebut naiknya permukaan air laut memicu rob yang dapat semakin parah jika hujan turun bersamaan.
“Ini fenomena siklus pasang tertinggi. Jika bersamaan dengan curah hujan tinggi, wilayah pesisir akan sangat rentan,” ujarnya.
Mitigasi dan Peringatan untuk Masyarakat
BPBD Babel telah melakukan berbagai langkah antisipatif, termasuk edukasi warga pesisir, penyebaran peringatan dini, dan patroli rutin di titik rawan.
Menurut Budi, penanganan rob tidak bisa bergantung hanya pada infrastruktur fisik. Pendekatan ekologis dan sosial perlu diperkuat, mulai dari perbaikan saluran air hingga perubahan perilaku masyarakat.
“Perubahan besar bisa dimulai dari rumah. Menjaga kebersihan saluran air dan membuang sampah pada tempatnya adalah langkah kecil yang berdampak besar,” katanya.
Event Wisata Terganggu Akibat Banjir Rob
Cuaca buruk juga memukul kegiatan ekonomi di Belitung. Banjir rob di Pantai Tanjungpendam membuat Bazar De Tanjong, yang seharusnya berlangsung 6–10 Desember, terpaksa dihentikan karena area panggung dan stan UMKM terendam air setinggi mata kaki.
Vanessa dari grup AFIFA Music mengaku mengalami kerugian akibat pembatalan acara. Sementara itu, panitia menekankan bahwa keputusan penghentian diambil demi keselamatan pengunjung.
BPBD Belitung melaporkan rob turut merendam permukiman di Tanjungpendam, Juru Seberang, dan aliran Sungai Kuale di Kecamatan Sijuk. Gelombang mencapai dua meter membuat air laut melampaui tanggul dan memasuki kawasan penduduk. Lebih dari 70 rumah di Juru Seberang terendam setinggi lutut orang dewasa, memaksa warga mengungsi mandiri.
BMKG: Ancaman Belum Usai
BMKG menegaskan bahwa Desember–Januari merupakan periode paling kritis dalam siklus cuaca tahunan Indonesia. Kombinasi hujan ekstrem, pasang tinggi, dan kondisi geografis pesisir membuat risiko bencana meningkat tajam.
Masyarakat diminta mematuhi peringatan dini, menghindari aktivitas berisiko di pesisir, serta memastikan keselamatan diri saat banjir ataupun gelombang pasang terjadi.
Kesiapsiagaan dianggap sebagai kunci untuk menekan kerugian dan mencegah korban jiwa. (RZ)